.post-body img { width:500px! important; height:auto! important;}

Page Nav

HIDE

Grid

GRID_STYLE

Classic Header

{fbt_classic_header}

Header Ad

//

Breaking News

latest

“Idul Adha Tanpa Daging dan Pakaian Baru di Gaza! Warga Cuma Bisa Berdoa di Tengah Genosida”

  Idul Adha di Gaza: Tanpa Daging, Tanpa Pakaian Baru, Hanya Doa dan Ketabahan GAZA — Di tengah reruntuhan Jalur Gaza yang hancur akibat b...

 


Idul Adha di Gaza: Tanpa Daging, Tanpa Pakaian Baru, Hanya Doa dan Ketabahan

GAZA — Di tengah reruntuhan Jalur Gaza yang hancur akibat blokade dan agresi militer Israel, warga Palestina berusaha merayakan salah satu hari besar umat Islam, Idul Adha, dengan segala keterbatasan. Tradisi tahunan yang biasanya diwarnai penyembelihan hewan kurban, perjamuan keluarga, dan hadiah untuk anak-anak kini berganti dengan derita dan kesedihan.

Selama tiga bulan terakhir, Gaza sama sekali tidak menerima pasokan daging segar akibat blokade total yang diberlakukan Israel. Pembatasan ini disebut-sebut sebagai upaya menekan Hamas terkait insiden 7 Oktober 2023. Dampaknya, masyarakat Gaza tak bisa melakukan tradisi kurban seperti biasa.

Karima Nejelli, seorang pengungsi asal Rafah, menceritakan betapa Idul Adha dan Idul Fitri selama masa perang terasa hampa. “Empat kali hari raya kami lalui tanpa keceriaan, tanpa kurban, tanpa pakaian baru, dan tanpa kue,” ungkapnya sedih.

Kondisi ternak di Gaza pun sangat memprihatinkan. Setelah 20 bulan serangan udara dan darat, hampir seluruh populasi domba, kambing, dan sapi di wilayah tersebut mati. Beberapa ekor yang tersisa dijual di kandang darurat di kamp pengungsian Muwasi. Sayangnya, harganya terlampau mahal bagi warga yang bahkan kesulitan membeli roti.

“Saya bahkan tak mampu membeli sepotong roti. Harga sayur dan daging melonjak gila-gilaan,” kata Abdel Rahman Madi, seorang warga Gaza.

Idul Adha, yang biasanya menjadi momen penuh kebahagiaan dan keceriaan bagi anak-anak, kini hanya bisa dirayakan dengan doa. Anak-anak yang biasanya menerima pakaian dan mainan baru, kali ini hanya bisa melihat-lihat barang bekas dan mainan imitasi di pasar-pasar tenda, tanpa mampu membelinya.

Blokade Israel juga membuat harga kebutuhan pokok meroket. Hala Abu Nqeira, seorang ibu di Gaza, mengaku hanya mampu mencari tepung untuk anak-anaknya. “Hari raya sebelumnya anak-anak bahagia, sekarang tak ada tepung, tak ada pakaian, tak ada apa-apa. Kami cuma berkeliling mencari tepung dengan harga yang masuk akal,” keluhnya.

Menurut laporan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), genosida dan pengepungan Israel telah menghancurkan hampir seluruh kemampuan Gaza untuk memenuhi kebutuhan pangan sendiri. FAO mencatat, 96 persen ternak dan 99 persen unggas di Gaza telah mati. Sementara lebih dari 95 persen lahan pertanian tak lagi bisa digunakan akibat rusak parah atau masuk dalam zona militer Israel.

Meskipun dua pekan terakhir Israel mengizinkan sejumlah truk bantuan masuk, PBB mengaku masih kesulitan menyalurkannya akibat penjarahan dan pembatasan militer. Sementara itu, lebih dari 2 juta penduduk Gaza terusir dari rumah mereka, sebagian besar harus berpindah-pindah demi menghindari serangan.

Kondisi kemanusiaan yang memburuk ini menuai kecaman dunia internasional. Namun, bantuan dan solusi nyata masih jauh dari harapan.

No comments